I won't be a pseudo-intellectual person now, setidaknya untuk post kali ini aja sih. I just want to tell some things that happened, and the morale story from it. Semua dimulai pada tahun 2014 (fucking obvious..), tahun dimana umat manusia merasa aman dan nyaman telah melewati "The End of the World" (yeah, I know it was stupid idea..)
2014 gue diawali dengan masuk dan diterimanya gue sebagai mahasiswa MMUI, dimana ibaratnya gue memperpanjang masa belajar gue sedikit lebih lama dibandingkan temen-temen gue lainnya. Gue masih inget bagaimana rasanya kembali menjadi stranger in a strange land, dimana gue pas masuk kembali sendirian dan gak ada temen sama sekali, seakan-akan roda kehidupan membawa kembali diri gue ke titik awal. Gue selalu berharap, dengan masuknya gue ke program pasca-sarjana ini, gue menemukan orang-orang yang hebat, dan lebih sophisticated baik secara intelektual maupun secara personal. In the end, yang gue inginkan adalah menemukan orang-orang yang unik dan setidaknya belajar satu dua hal dari mereka. Namun apa yang gue temukan disana, bukanlah hal yang seperti gue duga. Layaknya kembali ke masa SMA, orang-orang yang gue temui pada awalnya memberikan kesan sophisticate yang tinggi, namun lama kelamaan gue menemukan bahwa, mereka sama seperti gue, setidaknya beberapa dari mereka masih sama seperti gue: manusia-manusia yang mencoba menemukan orang lain yang sophisticated dari mereka dan berharap menemukan sesuatu yang lebih baik atau belajar dari mereka. Dan benar aja, semakin kesini, semakin kelihatan bahwa semakin orang dewasa, semakin mereka mencoba untuk menemukan masa muda mereka yang terpendam oleh stress dan ego. And I learned it in a hard way.
Tahun ini pun gue memasuki umur 23, umur yang seharusnya gue sudah bisa mendapatkan pendapatan sendiri dan mulai memasuki masa dimana teman-teman gue mulai beranak dan membangun suatu keluarga. Hal itu sempet mengganggu pikiran gue, talking about married and stuff. Gue masih inget dimana pas awal 2014 gue masih takut untuk menjalin suatu hubungan yang serius, dan pemikiran untuk menikah masih berada jauh diluar pemikiran gue. Hal itu perlahan berubah ketika gue melakukan perbincangan dengan salah satu temen gue di kampus, dan hal itu mengubah pandangan gue. Gue lupa apa yang gue bicarakan, tapi yang pasti, persepsi gue berubah mengenai pernikahan dan membangun suatu keluarga.
Di tahun ini, gue merasa semakin produktif, semakin terbuka dengan kehidupan sosial dan pandangan gue semakin luas mengenai kehidupan kerja. Dengan gue masuk UI, gue turut serta dalam organisasi kampus. Dengan masuk UI, gue berkesempatan untuk ikut kompetisi case yang diselenggarakan oleh Shell beserta dengan kedua teman gue. Dengan masuk UI, gue berkesempatan untuk masuk dan mengenal lebih dekat dengan perusahaan XL, dan berjumpa serta di-mentori oleh pak Hasnul Suhaimi. Dengan masuk UI, gue merasa ada perubahan dalam hidup gue, walaupun hanya secuil, tapi bermanfaat.
Talking about life won't be great if there was no love story in it. Gue lelah pada awal tahun 2014 untuk memulai suatu hubungan yang serius. Banyak hal yang terjadi, banyak orang yang datang dan pergi, dan banyak juga yang meminta berhenti sebelum gue memulai. Pada awal gue masuk kuliah gue bertemu dengan seorang wanita berjilbab, dan kami berkenalan dengan canggung. Gue masih inget, dia mengenakan jilbab warna krem pastel, bermata belo, dan gaya berkenalannya seakan mengajak berantem. 11 bulan kemudian, gue dan dia berpacaran. Setelah satu semester memendam rasa dan mencoba meyakinkan dia bahwa dia gak sendirian didunia ini, tepat dua hari sebelum gue berulangtahun, gue menyatakan padanya dan selama sejam lebih, kami berbincang di mobil gue untuk membicarakan dos and don'ts. Terkadang untuk sesuatu yang tak bernilai harganya dan sesuatu yang lo anggap worth so much, dos and don'ts tidak akan menjadi suatu permasalahan.
Jadi, disinilah gue berada, dipenghujung tahun 2014 yang kurang dari 12 jam lagi akan berpindah menjadi tahun 2015, tahun yang ibarat buku tulis, masih merupakan buku tulis yang masih kosong. Masih tercium aroma pabrik dimana buku tersebut diproduksi. Buku, yang memiliki banyak kemungkinan untuk ditulis, untuk diceritakan berbagai macam hal, untuk diisi dengan segala macam kemungkinan dalam hidup kedepan. Gue gak bisa meramalkan apa yang akan terjadi dikemudian hari atau memaksakan segala hal yang terjadi di tahun 2015 hanyalah hal-hal yang baik saja; karena begitulah hidup dan karena itulah disebut dalam bahasa Inggris sebagai "present" karena kita gak akan tahu apa yang akan kita hadapi kedepannya.
So, I'll let this 2014 with elegance, joy and happiness, and wishing for the next year to be more fill with joy, happiness and infinite possibilities.