Sunday, January 18, 2015

Koala Kumal: Anak ke Tujuh dari Raditya Dika

Semua orang pernah patah hati; yang membedakannya adalah bagaimana kejadian itu mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya. Begitulah kira-kira inti dari Pelit (Yup, it's an abrevation from PErsonal LITerature) Raditya Dika terbaru: KOALA KUMAL. Gue memang tidak seperti abege abege kekinian, yang kemarin ikutan mengantri di Gramed Matraman untuk secara perdana memiliki buku ini beserta tanda tangan sang penulis. Karena 1) gue udah tua (Fuckin' 23..) dan 2) Kumis dan Jenggot gue terlalu garang untuk membeli buku ini. Bahkan tadi gue sengaja berbohong ke mbak-mbak counter cashier Gramed deket rumah karena ditanyain apakah gue membeli buku ini untuk anak gue. Ya. Sakitnya tuh disini *nunjuk2 dada*.

Anyway, buku paling eyecatching di rak "New Release" ini gue lumat habis dalam waktu sejam, dan seperti layaknya buku-buku Dika yang gue baca dari dulu, he always made it simple, funny and add a dash of wit inside it; his writing makes you think. Gue selalu beranggapan bahwa Dika selalu memandang segala sesuatu kejadian yang menimpanya dalam sudut pandang yang lain. Sudut pandang yang layak untuk diceritakan kembali tanpa perlu menghilangkan esensi utamanya sedikitpun dan menyalurkan point penting ke pembacanya dengan santai dan mudah dimengerti. Dan jujur gue melihat perkembangan penulisan Bang Radit ini berubah dari buku ke buku. Dengan mengenyampingkan KambingJantan karena buku tersebut merupakan hasil adaptasi dari blog lamanya dia, gaya penulisan Radit makin kesini semakin menunjukan pendewasaan. Berbeda dengan buku-buku pendahulunya, terutama Cinta Brontosaurus (edisi cetakan awal tentunya, dengan cover merah bergambar dinosaurus berkepala Raditya Dika lagi mangap), dimana (sepertinya dan IMHO) ia sangat terinspirasi oleh David Sedaris dan masih mencari-cari bagaimana cara ia menuliskan ceritanya ke para pembacanya. Dan sekarang ketika gue membaca Koala Kumal ini, gue merasakan alur penulisan yang lebih santai, lebih mengalir dan apa ya, mungkin lebih jujur.

Dalam buku ini kita akan masih menemukan kekonyolan dan kehebohan dari kejadian-kejadian yang dialaminya secara nyata. It's like what he said on the prelude: dia mencoba untuk membuat komedi dengan hati. Raditya Dika masih sama seperti dahulu, masih tetap suka memasukan unsur flashback, masih memasukan chapter yang berisikan ide-ide gilanya dia seperti dalam "Panduan Cowok dalam Menghadapi Penolakan", lalu recent story dia seperti ia menceritakan bagaimana perjuangannya dalam membangun dan mensukseskan figur Miko sampai dengan saat ini. He was like C3PO from Star Wars, with its original software, but with better parts.

Membaca buku-buku karya Raditya Dika selalu (dan berharap akan tetap) membuat gue mengakhirinya dengan berfikir, melihat kebelakang dan merefleksikan tentang apa yang telah ia tuliskan di buku dengan apa yang terjadi pada kehidupan gue belakangan ini. Mungkin ada kejadian yang serupa terjadi di masa lalu, yang akhirnya gue lihat dengan sudut pandang yang berbeda karenanya. Atau mungkin ada yang belum pernah terjadi pada gue, namun dia sudah memberikan petuah untuk selalu gue ingat dan jadiin bekal.

Karena terkadang, suatu buku bukan hanya menjadi sarana pelarian dari kenyataan atau bahkan sekedar penghibur dikala senggang; terkadang didalam didalam suatu buku, terutama cerita milik orang lain, ada pelajaran yang bisa diambil dan mungkin dapat membuat hidupmu lebih baik.

Saturday, January 17, 2015

Kubertanya, pada Tuan Murakami di sana..

Yap. Bener.

Memang jarang kejadian kaya gini itu ada, dimana author favorit gue membuka, ibaratnya lapak, untuk didatangi oleh para fansnya dan memberikan pertanyaan, hampir mengenai apapun (nanti gue jelasin lebih lanjut,) Dan beruntungnya saya, gue berhasil mentracking alamat webnya tersebut. Hal yang menjadi pertanyaan ketika gue masuk ke webnya adalah: "Mampus, pake bahasa Jepang semua." Bahkan automatic google translator pun gak bisa ngetranslate halaman website tersebut. But once again, I'm so lucky to find a website that provide a simple translation, khusus untuk halaman form itu aja.

Jadi, Haruki Murakami ini, sang penulis Wind-Up Chronicle, Kafka on the Shore dan karya terbarunya (baru rilis secara international maksudnya) The Strange Library, lagi membuka kesempatan bagi para fansnya (atau mungkin haters dan sebagainya) untuk berinteraksi dengannya secara langsung. Well, pake email sih, tapi tetep aja, dia yang akan membalasnya secara personal, seperti yang dia jabarkan di halaman utama websitenya. Menurut beberapa website, dalam projectnya ini, ia menggunakan alter ego an agony uncle. Jadi sepertinya dia akan menjawab beberapa pertanyaan ya sekenanya dan mungkin agak meluap-luap kali ya.

Session ini bakalan ada sampai tanggal 31 Januari di Jepang sana, dan jawaban akan dikirimkan dan diberikan selama dua bulan selanjutnya. Ada 4 macam pertanyaan yang kalian bisa tanyakan:

1. Hal hal yang ingin lo tanyakan atau konsultasikan ke Om Murakami.
2. Hal-hal yang mau lo obroling ke Om Murakami.
3. Tempat-tempat yang lo sukai (mungkin untuk referensi di bukunya barunya nanti)
4. Ngomongin kucing dan Yakult Swallows, tim baseball Jepang yang ia sponsori.

Lo nanyanya bisa pake bahasa jepang ataupun bahasa paling aman: Bahasa Inggris. Lo submit ke dia via halaman ini dan untuk translatean dari formnya bisa lo liat disini.

Well, setidaknya ada pengalaman untuk kedepannya untuk diceritain ke anak cucu, kalo pertanyaan lo pernah direspon sama penulis terkemuka hehehehe.


P.S. nanti kalo udah di submit, kalian akan dapetin gambar ini di email kalian. Even gue gak ngerti artinya apaan, tapi berasa keren aje :D